MENGGALI KE DALAM HATI

Banyak orang yang hidup di era modern sekarang ini tanpa disadarinya telah salah dalam menempatkan orientasi hidupnya. Mereka telah beredar pada pusat orbit kehidupan yang salah, sehingga seringkali merasa tidak damai, tidak bahagia, serba kekurangan, kemiskinan hati dan kehilangan makna kehidupannya. Mereka ini banyak yang menderita
penyakit yang dinamakan “Spiritual Illness”.
Banyak orang yang hidup di era modern sekarang ini tanpa disadarinya telah salah dalam menempatkan orientasi hidupnya. Mereka telah beredar pada pusat orbit kehidupan yang salah, sehingga seringkali merasa tidak damai, tidak bahagia, serba kekurangan, kemiskinan hati dan kehilangan makna kehidupannya. Mereka ini banyak yang menderita
penyakit yang dinamakan “Spiritual Illness”.
Kebanyak orang menyangka bahwa sumber kedamaian, kebahagiaan dan makna kehidupan tertinggi berasal dari luar dirinya. Mereka menyangka semua itu dapat diraih melalui berbagai simbul-simbul keberhasilan duniawi seperti materi,kekayaan, kekuasaan, popularitas dan berbagai aksesories duniawi lainnya. Akibatnya mereka sibuk menggali, mencari dan berusaha mendapatkan berbagai simbul-simbul kesuksesan duniawi dengan mengabaikan sumber dari nilai dalam hatinya.
Dalam kurun waktu lebih dari 18 tahun pengalaman saya sebagai professional dan praktisi di dunia usaha, saya telah bertemu dan bekerjasama dengan orang-orang dari berbagai latar belakang kehidupan. Saya telah bertemu dan bekerjasama dengan para eksekutif, professional, pengusaha dari berbagai negara di dunia. Mengenal berbagai ragam manusia dari mulai orang-orang yang memiliki bakat luar biasa, orang yang telah meraih sukses karier professional mencengangkan, orang yang memiliki popularitas, kekayaan materi berlimpah, maupun orang-orang yang merasa dirinya gagal.
Dalam kehidupan saya juga telah bertemu dan banyak berhubungan dengan berbagai kalangan, mulai dari kalangan dunia pendidikan, kalangan anggota majelis ta’klim di Masjid, kalangan para pedagang kecil atau usaha mikro dan masyarakat umum lainnya.
Apa yang bisa saya dapatkan dari mereka ini ? Pengalaman ini memberikan sebuah pelajaran berharga, bahwa saya tidak pernah melihat dan menemukan seseorang yang berhasil meraih kesuksesan hidup sejati, kehidupan yang penuh makna yang bersumber dari simbul-simbul dari luar dirinya. Saya tidak pernah menemukan seseorang yang memiliki kedamain hati, ketenangan jiwa, kebahagiaan sejati dan kehidupan yang penuh potensi dan keagungan yang diperoleh dari sumber dari luar dirinya.
Apa yang saya temukan adalah bahwa kebahagiaan hidup sejati, kedamain hidup, keberhasilan yang memberikan makna dan kehidupan yang penuh potensi, itu semua bersumber dari dalam hati kita sendiri. Mereka yang mencari kedamaian, kebahagiaan dan makna hidup tertinggi yang hanya bersumber dari luar dirinya akhirnya banyak yang
menemukan kesia-siaan dan kegagalan hidup. Mereka akhirnya menemukan ketidakseimbangann hidup, kemiskinan hati, kekosongan jiwa dan ketidakbermaknaan hidup.
Namun setiap orang yang bersungguh-sungguh menggali kedalam hatinya, setia pada hati nuraninya dan menjalani hidup dibimbing suara hatinya akhirnya menemukan kedamaian dan kebahagiaan sejati. Mereka yang mendengarkan suara hatinya, menjalani hidup berpusat pada hati nuraninya, menempatkan hati nurani sebagai sumber motivasi kehidupannya, akhirnya menemukan keseimbangan hidup yang dapat mengantarkannya pada kebahagiaan,
keberhasilan, kedamaian dan kehidupan penuh keagungan.
Sahabat, dalam hidup ini ada pusat gaya tarik gravitasi universal yang bersumber dari hati nurani. Artinya gaya tarik gravitasi ini berlaku bagi seluruh penduduk bumi ini. Inilah kekuatan yang sesungguhnya mengatur garis edar keseimbangan hidup manusia. Inilah pusat gaya tarik “gravitasi spiritual” yang menjadi pusat makna
tertinggi kehidupan manusia. Pusat inilah yang mengatur keseimbangan hidup manusia, sehingga tidak terlempar dari garis edar keseimbangan.
Setiap individu sesungguhnya telah memiliki kecenderungan untuk beredar mengarah pada pusat gravitasi spiritual di dalam hatinya yang menjadi pusat makna hidup tertinggi. Namun sebagian dari mereka mencoba beredar keluar dari garis edar gravitasi ini. Mereka inilah yang akhirnya akan terlempar dan akan cenderung kembali lagi pada garis edar ini.
Hati adalah pusat yang memerintahkan otak atau akal pikiran. Otak atau akal pikiran manusia sebagai hambanya hati,kemudian akan memprosesnya dan memerintahkan panca indra untuk bekerja atau bertindak sesuai dengan apa yang dikehendaki hati. Otak atau akal pikiran manusia sebagai hambanya hati, akan sangat patuh dan selalu tunduk terhadap
semua perintah hati nurani kita.
Dengan demikian mereka yang berusaha selalu beredar “inline” dalam garis edar pusat gravitasi yang bersumber pada hati akan menemukan keseimbangan hidupnya. Menempatkan hati nurani artinya menstandarisasi seluruh tindakan dalam kehidupan berlandaskan pada hati nurani. Mendengarkan suara hati nurani terdalam dan menggunakannya sebagai pembimbing dalam setiap langkah kehidupan.
Dalam pandangan Stephen R Covey dalam bukunya The 8th Habit, panggilan kita dan kebutuhan untuk era baru ini adalah untuk mengejar pemenuhan diri (fulfillment), pelaksanaan yang penuh semangat (passion execution), dan sumbangan yang bermakna (significant contribution). Itu semua dalam tataran dimensi keagungan dan kehebatan atau “greateness” yang dapat dipenuhi oleh manusia yang selalu bergerak pada orbit kehidupan “inline” yang berpusat pada hati nurani.
Mereka yang memandang kehidupan dari dalam hatinya, menjadi tidak mudah terjebak dalam kemilaunya kehidupan duniawi semata dengan mengabaikan nilai-nilai kemuliaan dalam hati. Mereka dapat mensinergikan antara “outer success” dengan “inner success”. Dapat menjalani kehidupan modern ini dengan tetap realistis,namun tetap memegang teguh idealisme berdasarkan nilai-nilai spiritual dalam hati. Hidup selalu mengedepankan nilai-nilai kebaikan, kebersamaan, kasih sayang, keadilan, kejujuran dan kebenaran sesuai suara hati nurani. Inilah yang dapat mengantarkan manusia meraih kehidupan penuh potensi dan keagungan insani.
Kalau demikian, mengapa harus mengejar sumber-sumber kedamaian, kebahagiaan dan kebermaknaan hidup yang berasal dari luar diri kita dengan mengabaikan suara hati terdalam? Bukankah semuanya bersumber dari dalam diri kita sendiri ? Maka berusahalah menggali dan mengenali suara hati terdalam dan menggunakannya sebagai sumber motivasi bagi kehidupan ini. Tetap realistis dalam kehidupan modern ini, dengan tidak mengabaikan nilai-nilai yang besumber dari dalam hati.

Eko Jalu S.

Kebutuhan Jiwa

Oleh: Ir. Goenardjoadi Goenawan, MM.

Pendahuluan

Orang bilang Ilham, aku bilang Jiwa
Orang bilang Inspirasi aku bilang Imajinasi
Orang bilang belajar dari pengalaman aku bilang temukan kebenaran sejati

Semua telah dicoba namun seolah-olah sia-sia
Semua telah berusaha namun seolah-olah sungguh sulit melawan dunia
Semua tidak mau mengerti kita
Bahwa prinsipnya, dunia sungguh sulit untuk dikalahkan

Hidup bukan antara aku dan dunia
Namun antara kita sebagai anggota dari kehidupan
Sehingga kita bisa menjadi bagian dari hidup
Dan mengerti kemana hidup ini akan mengarah?

Namun aku tak tahu...
Bagaimana lagi yang harus aku lakukan...
Hingga aku lelah
Hingga aku menyerah
Hingga aku sadar
Bahwa semua itu bukan tentang aku
Namun tentang dunia
Namun tentang orang-orang lain

Kemana harus aku cari Jati diri?
Jiwaku yang murni
Yang mengerti kemana aku harus memilih?
Apa yang harus aku perbuat?
Kemana Hati Nurani aku cari?
Semua itu bukan tentang aku
Semua itu bukan tentang agamaku

Namun tentang sejauh mana hubungan Jiwaku dengan Sang Pencipta
Namun tentang sejauh mana hidupku berarti bagi dunia
Namun tentang sejauh mana aku mengerti arti hidup yang sesungguhnya
Bahwa hidup tak perlu berusaha
Bahwa hidup tak perlu memaksa
Bahwa hidup tak perlu mengandalkan Kekuatan dan Kekuasaan
Namun hidup sesungguhnya menjadi suatu semangat menggebu-gebu untuk berbuat bagi orang lain

Apakah kebutuhan jiwa itu? Mengapa kita perlu mengerti kebutuhan jiwa ? Untuk apa? Dan apa peranannya dalam mengembangkan diri kita seutuhnya ehingga bisa tahu kemana jalan hidup menuju, sehingga tidak tersesat ? Tubuh kita memerlukan fisik dan nutrisi untuk tumbuh, demikian juga jiwa. Jiwa membutuhkan nutrisi yang berbeda. Bila percaya bahwa kehidupan adalah perjalanan jiwa, maka semua pengalaman hidup sehari-hari adalah human experience yang berpengaruh terhadap pertumbuhan jiwa sehingga menjadi lebih besar. Kita semua diberi suatu talenta atau berkah dari Sang Pencipta. Yang menjadi tantangan adalah menemukan talenta tersebut dan memberikannya kepada orang lain agar jiwa kita semakin tumbuh berkembang. Tapi meski kita memberikan "nutrisi kepada jiwa kita" dengan memberikan hal yang kita miliki kepada orang lain, kita tidak akan dapat memberikan cinta kasih jika kita tidak menerima cinta kasih; terutama dengan perasaan dan empati, dalam memberikan sesuatu kepada orang lain dan sebaliknya. Setiap manusia harus belajar keras untuk menyeimbangkan diri, dalam berhubungan dengan sekeliling, dan juga pemenuhan diri sendiri (Ego). Jangan sampai, memberi makan jiwa dengan cara memberi kepada orang lain, justru membebani ego. Memulai dengan mencintai keluarga sendiri dengan tulus, dapat membantu pertumbuhan jiwa. Orang tua misalnya dapat memberikan cinta yang tulus kepada anaknya. Lalu setelah semua anak-anaknya besar, dapat memberikan perhatiannya kepada masyarakat sekitar dan tentunya kepada dunia. Selain kasih yang tulus dalam memberi nutrisi jiwa, beberapa hal penting untuk kebutuhan jiwa adalah: • Sifat Pemaaf • Keberanian • Kesabaran • Iman • Empati • Murah Hati • Kebijaksanaan