Kasih Sayang Rasulullah SAW

rang-orang yang keras hati tidak akan mengenal kasih sayang. Tidak ada sedikitpun kelembutan pada diri mereka. Hati mereka keras bagaikan karang. Kaku tabiat, baik ketika memberi maupun menerima. Kurang peka perasaan, lagi tipis peri kemanusiannya. Berbeda halnya dengan orang yang dikaruniai Alloh SWT. hati yang lembut, penuh kasih sayang lagi penuh kemurahan. Dialah yang layak disebut pemilik hati yang agung penuh cinta. Hati yang diliputi dengan kasih sayang dan digerakkan oleh perasaan yang halus.

Dari Anas bin Malik Radhiallaahu anhu ia berkata, yang artinya: “Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam pernah membawa putra beliau bernama Ibrahim, kemudian mengecup dan menciumnya.” (HR: Al-Bukhari)

Kasih sayang tersebut tidak hanya terkhusus bagi kerabat beliau saja, bahkan beliau curahkan juga bagi segenap anak-anak kaum muslimin. Asma’ binti ‘Umeis Radhiallaahu anha –istri Ja’far bin Abi Thalib- menuturkan, yang artinya: “Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam datang menjengukku, beliau memanggil putra-putri Ja’far. Aku melihat beliau mencium mereka hingga menetes air mata beliau. Aku bertanya: “Wahai Rasululloh, apakah telah sampai kepadamu berita tentang Ja’far?” beliau menjawab: “Sudah, dia telah gugur pada hari ini!” Mendengar berita itu kamipun menangis. Kemudian beliau pergi sambil berkata: “Buatkanlah makanan bagi keluarga Ja’far, karena telah datang berita musibah yang memberatkan mereka.” (HR: Ibnu Sa’ad, Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Ketika air mata Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam menetes menangisi gugurnya para syuhada’ tersebut, Sa’ad bin ‘Ubadah Radhiallaahu anhu bertanya: “Wahai Rasululloh, Anda menangis?” Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam menjawab: “Ini adalah rasa kasih sayang yang Alloh Ta’ala letakkan di hati hamba-hamba-Nya. Sesungguhnya hamba-hamba yang dikasihi Allah Ta’ala hanyalah hamba yang memiliki rasa kasih sayang.” (HR: Al-Bukhari)

Ketika air mata Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam menetes disebabkan kematian putra beliau bernama Ibrahim, Abdurrahman bin ‘Auf Radhiallaahu anhu bertanya kepada beliau: “Apakah Anda juga menangis wahai Rasulullah?” Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam menjawab: “Wahai Ibnu ‘Auf, ini adalah ungkapan kasih sayang yang diiringi dengan tetesan air mata. Sesungguhnya air mata ini menetes, hati ini bersedih, namun kami tidak mengucapkan kecuali yang diridhai Allah Ta’ala. Sungguh, kami sangat berduka cita berpisah denganmu wahai Ibrahim.” (HR: Al-Bukhari)

Akhlak Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam yang begitu agung memotivasi kita untuk meneladaninya dan menapaki jejak langkah beliau. Pada zaman sekarang ini, curahan kasih sayang terhadap anak-anak serta menempatkan mereka pada kedudukan yang semestinya sangat langka kita temukan. Padahal mereka adalah calon pemimpin keluarga esok hari, mereka adalah cikal bakal tokoh masa depan dan cahaya fajar yang dinanti-nanti. Kejahilan dan keangkuhan, dangkalnya pemikiran serta sempitnya pandangan menyebabkan hilangnya kunci pembuka hati terhadap para bocah dan anak-anak. Sementara Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam, kunci pembuka hati itu ada di tangan dan lisan beliau. Cobalah lihat, Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam senantiasa membuat anak-anak senang kepada beliau, mereka menghormati dan memuliakan beliau. Hal itu tidaklah mengherankan, karena beliau menempatkan mereka pada kedudukan yang tinggi.

Setiap kali Anas bin Malik melewati sekumpulan anak-anak, ia pasti mengucapkan salam kepada mereka. Beliau berkata, yang artinya: “Demikianlah yang dilakukan Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam .” (Muttafaq ‘alaih)

Meskipun anak-anak biasa merengek dan mengeluh serta banyak tingkah, namun Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam tidaklah marah, memukul, membentak dan menghardik mereka. Beliau tetap berlaku lemah lembut dan tetap bersikap tenang dalam menghadapi mereka.

Dari ‘Aisyah Radhiallaahu anha ia berkata, yang artinya: “Suatu kali pernah dibawa sekumpulan anak kecil ke hadapan Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam , lalu beliau mendoakan mereka, pernah juga di bawa kepada beliau seorang anak, lantas anak itu kencing pada pakaian beliau. Beliau segera meminta air lalu memer-cikkannya pada pakaian itu tanpa mencucinya.” (HR: Al-Bukhari)

Wahai pembaca yang mulia, engkau pasti mengetahui bahwa duduk di rumah Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam merupakan sebuah kehormatan. Lalu, tidakkah terlintas di dalam lubuk hatimu? Bermain dan bercanda ria dengan si kecil, putra-putrimu? Mendengarkan tawa ria dan celoteh mereka yang lucu dan indah? Ayah dan ibuku sebagai tebusannya, Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam selaku nabi umat ini, melakukan semua hal itu.

Abu Hurairah Radhiallaahu anhu menceritakan: “Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam pernah menjulurkan lidahnya bercanda dengan Al-Hasan bin Ali Radhiallaahu anhu. Iapun melihat merah lidah beliau, lalu ia segera menghambur menuju beliau dengan riang gembira.” (Lihat Silsilah Shahihah no.70)

Anas bin Malik Radhiallaahu anhu menuturkan, yang artinya: “Rasululloh sering bercanda dengan Zainab, putri Ummu Salamah Radhiallaahu anha, beliau memanggilnya dengan: “Ya Zuwainab, Ya Zuwainab, berulang kali.” (Zuwainab artinya: Zainab kecil) (Lihat Silsilah Hadits Shahih no.2141 dan Shahih Al-Jami’ 5-25)

Kasih sayang beliau kepada anak tiada batas, meskipun beliau tengah mengerjakan ibadah yang sangat agung, yaitu shalat. Beliau pernah mengerjakan shalat sambil menggendong Umamah putri Zaenab binti Rasululloh dari suaminya yang bernama Abul ‘Ash bin Ar-Rabi’. Pada saat berdiri, beliau menggendongnya dan ketika sujud, beliau meletakkannya. (Muttafaq ‘alaih)

Mahmud bin Ar-Rabi’ Radhiallaahu anhu mengungkapkan, yang artinya: “Aku masih ingat saat Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam menyemburkan air dari sebuah ember pada wajahku, air itu diambil dari sumur yang ada di rumah kami. Ketika itu aku baru berusia lima tahun.” (HR: Muslim)

Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam senantiasa memberikan pengajaran, baik kepada orang dewasa maupun anak-anak. Abdullah bin Abbas menuturkan: “Suatu hari aku berada di belakang Nabi Shalallaahu alaihi wasalam, beliau bersabda, yang artinya: “Wahai anak, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat: “Jagalah (perintah) Allah, pasti Allah akan menjagamu. Jagalah (perintah) Alloh, pasti kamu selalu mendapatkan-Nya di hadapanmu. Jika kamu meminta, mintalah kepada Alloh, jika kamu memohon pertolongan, mohonlah pertolongan kepada Allah.” (HR: At-Tirmidzi)

Telah kita saksikan bersama keutamaan akhlak dan keluhuran budi pekerti serta sejarah kehidupan yang agung. Semoga semua itu dapat menghidupkan hati kita dan dapat kita teladani dalam mengarungi bahtera kehidupan. Putra-putri yang menghiasi rumah kita, selalu membutuhkan kasih sayang seorang ayah serta kelembutan seorang ibu. Membutuhkan belaian yang membuat hati mereka bahagia. Sehingga mereka dapat tumbuh dengan pribadi yang luhur dan akhlak yang lurus. Siap untuk memimpin umat, sebagai buah karya dari para ibu dan bapak, tentu saja dengan taufik dari Alloh Subhanahu wa Ta’ala.

(Sumber Rujukan: Sehari Di Kediaman Rasululloh Shallallahu’alaihi Wasallam, Asy-Syaikh Abdul Malik bin Muhammad bin Abdurrahman Al-Qasim)

Cinta, Kasih & Sayang

Cinta, Kasih Sayang adalah sesuatu yang abstrak dan ada dalam diri setiap Manusia. Ia adalah pemberian Tuhan yang Maha Kasih, Maha Sayang kepada makhluk-Nya. Cinta, kasih dan sayang itu hanya bisa dinyatakan. Entah apa pun caranya, dan yang pasti tak hanya sekadar menyatakannya dengan kata-kata. Cinta, kasih dan sayang, adalah anugerah & amanat dari Tuhan. Dan karena itu, maka kita harus berbagi cinta, kasih dan sayang itu kepada yang lain. Wajib diberikan kepada banyak makhluk. Tapi hati kita harus tetap pada seorang yang dicintai, disayangi dan dikasihi.

Berbagi, bukan berarti kita juga wajib menerima. Berbagi, bukan berarti harus mengekang. Dan berbagi, bukan berarti harus memaksakan kehendak kita pada yang dicintai, disayangi dan dikasihi itu. Berbagi, adalah memperjelas kasih sayang dan cinta kita kepada semuanya.

Dan Orang-orang yang keras hati tidak akan mengenal Cinta, kasih dan sayang. Tidak ada sedikitpun kelembutan pada diri mereka. Hati mereka keras bagaikan karang. Kaku tabiat, baik ketika memberi maupun menerima. Kurang peka perasaan, lagi tipis peri kemanusiannya. Berbeda halnya dengan orang yang dikaruniai Tuhan dengan hati yang lembut, penuh kasih sayang lagi penuh kemurahan. Dialah yang layak disebut pemilik hati yang agung penuh cinta. Hati yang diliputi dengan kasih sayang dan digerakkan oleh perasaan yang halus.

"Cinta adalah untuk surga dan surga adalah untuk kita."
"Cinta Wanita yang sejati memberi sayap pada laki-laki"
"Cinta Laki-laki yang sejati memberi kedamaian pada wanita"
"Cinta adalah sebagai kemudi dalam bahtera kehidupan."
"Cinta itu bermacam-macam, tetapi yang paling aman dan kekal adalah cinta yang melampaui pintu kekasih."
"Cinta adalah kunci dari tiap-tiap keadaan yang baik dalam kehidupan manusia."
"Cinta datangnya tak diketahui, tetapi perginya meninggalkan bekas."
"Cinta kasih adalah penuh pengorbanan, penuh pengampunan, penuh penghargaan dan penuh pengabdian pada sesamanya."
"Cinta pertama adalah lebih indah, lebih mesra dan kemungkinan memberi kebahagiaan dari pada cinta berikutnya, maka itu periharalah cinta pertama agar tumbuh subur sehingga anda dapat mengecap buahnya."
"Cinta yang pertama adalah cinta yang murni dan hanya sekali saja timbul dari hati manusia."
"Cinta itu bukan benda, tetapi semacam cita-cita hidup, sebab hidup tanpa cita-cita tak mempunyai arti, sedangkan cita-cita tanpa diiringi cinta akan mati."
"Kita semua dilahirkan untuk cinta, itulah permulaan dan akhir kehidupan."
"Cinta adalah jalan terpendek dari hati ke hati."
"Cinta akan lebih indah bila dihiasi dengan air mata."
"Cinta meliputi sepenuhnya kehidupan wanita, ia adalah penjara dan sorganya."
"Cinta yang sejati tiba-tiba putus, tak ubahnya seperti orang tua yang kehilangan tongkatnya."
"Cinta tak dapat diuji dengan ciuman, tapi perasaan halus adalah pengujinya."

Otopsi Rasa Takut


Rasa takut itu manusiawi. Tapi, kalau sudah kelewatan, pasti terjadi penindasan. Karena itu, rasa takut perlu segera kita otopsi.
Rasa takut itu kadang hidup kadang mati. Kitalah yang memberinya jantung, darah, dan nadi. Jadi, kalau pikiran takut mati, maka nyali kita pun ikut mati. Kalau pikiran takut miskin, maka hidup kita sudah jadi miskin. Kalau pikiran takut keadilan, maka takdir akan menjelma kezaliman. Prinsipnya: rasa takut itu sama sekali tak punya eksistensi. Kitalah yang memberinya arti.
Ini boleh kita coba. Amati pikiran sendiri. Di sinilah rasa takut itu tercipta, mendapat napasnya yang pertama, lalu menjelma jadi ular berkepala dua: jika lari kita akan terus dikejarnya, jika maju kita akan dipatuknya. Jadi, ini bukan soal simalakama. Tapi, lebih kepada arkhetipe di dalam diri kita, warisan genetik yang terwujud dalam mitologi karma. Sekarang, bagaimana kita bisa membedahnya?
Jangan bingung, soalnya sangat sederhana: apakah kita siap mengenal rasa takut itu sampai ke akarnya? Inilah pertanyaaan pertama yang harus tegas kita jawab sebelum membedahnya. Jika kita tak lagi mempersoalkan hidup atau mati, maka kita siap memasuki ruang-ruang yang paling sunyi, kesendirian mutlak yang akan mengantarkan kita pada batas paling nyeri, yaitu: akal pikiran kita sendiri. Inilah soalnya.
Selanjutnya, siap-siapkan diri. Heningkan persepsi. Jangan menilai, namun amati. Kemudian baringkan seluruh rasa takut pada meja bedah kenyataan. Lalu, pisaukan! Lihatlah rasa takut yang terus mencoba memberi nyawa pada gerak pikiran, mencoba memalsukan setiap alasan. Lalu, rasakan: mendadak kita memahami arti kebencian, mendadak kita terbebas dari kehampaan.
Begitulah, lingkaran rasa takut itu bekerja. Ada atau tiada: kitalah yang memberinya nyawa.

by AYE

Tips : Gerak & Latih Otak

Pemeliharaan Otak amat diperlukan untuk menjaga kualitas hidup kita. Sedikit saja luka di otak, maka jaringan otak tidak berfungsi dan menyebabkan penurunan kualitas hidup kita. semisal tersumbatnya di bagian otak sebelah kiri - diatas telinga ( pusat berbahasa), maka akan membuat orang sulit untuk bicara.

Salah satu latihan untuk otak kita adalah dengan melakukan senam otak sehat atau yang telah diciptakan oleh Assosiasi Alzheimer Indonesia yang disebut Gerak dan Latih Otak ( GLO ).

Senam GLO sebagai berikut :

1. Latih Peregangan Leher
Posisi badan menghadap lurus ke depan, dengan telapak tangan kanan pada sisi kanan kepala. Tekan kepala ke arah kiri, sementara kepala menghadap lurus ke depan. Otot-otot leher akan terasa teregang melawan dorongan tangan.

2. Peregangan Bahu dan Lengan Atas
a. Luruskan tangan ke atas (disamping telinga), telapak tangan menghadap ke depan. Tangan kiri melewati belakang dibawah siku tangan kanan. Tangan yang lurus digerakkan ke belakang, sedangkan tangan yang satunya menahan ke depan. Akan terasa regangan pada bahu dan lengan atas. Hembuskan nafas pada saat otot diaktifkan atau tegang.

b. Luruskan tangan kanan ke atas, di samping telinga dengan telapak tangan menghadap ke dalam. Tangan yang lurus digerakkan ke kanan, sedangkan tangan yang satu lagi menarik tangan kanan ke arah dalam

3. Pemanasan Sakelar Otak
Gosoklah dua lekukan kiri dan kanan di bawah pertemuan tulang selangka kiri dan kanan depan tulang dada. dengan tangan lain gosok daerah perut. Usahakan mata bergerak ke kiri dan kekanan, ke atas, ke bawah dan memutar dari kiri atas ke kanan atas.

4. Latihan Inti
Berdiri tegak, kepala lurus ke depan, Ibu jari menghadap ke atas didepan hidung. Gerakkan tangan ke kiri atas, kiri ke bawah, kembali ke tengah, lalu ke kanan atas, kanan bawah dan kembali ke tengah.

Untuk variasi, gerakkan ibu jari sama seperti gerakan di atas, tetapi gerakan ibu jari diikuti gerakan bola mata.

Kenapa Islam melarang adopsi?

Berikut penjelasan anak angkat (adopsi) disalinkan dari buku 30 Bid'ah Wanita oleh Amru Abdul Mun'im, terbitan Pustaka Al-Kautsar, semoga bermanfaat

BID'AH ADOPSI

Islam sangat berusaha keras untuk menjaga harga diri dan keturunan dari kerancuan. Diantara aturan yang ditetapkan oleh syari'at Islam dalam hal ini ialah larangan mengadopsi.

Yang dimaksud dengan adopsi ialah, sepasang suami istri mengambil anak laki-laki atau perempuan dari pasangan suami istri lain untuk dirawat seperti anak kandung sendiri. Bahkan ada beberapa pasangan suami istri yang kemudian menisbatkan nama si anak kepada nama mereka.

Adopsi ini dilarang oleh syari'at Islam yang hanif, karena akan menimbulkan kerancuan dalam keturunan dan nasab.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.

"Artinya : Panggillah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka, itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka (panggillah mereka sebagai)saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu. Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang" [Al-Ahzab : 5]

Imam Ibnu Katsir Rahimahullah dalam kitab Tafsirnya, III/466 mengatakan "Inilah hukum yang menasakh atau menghapuskan diperbolehkannya mengadopsi anak seperti yang terjadi pada zaman permulaan Islam. Allah menyuruh untuk mengembalikan nasab anak-anak yang diadopsi tersebut kepada bapak-bapak mereka yang sebenarnya. Dan itulah yang namanya keadilan dan kebaktian".

Terdapat riwayat dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berisi ancaman keras terhadap orang yang mengaku-ngaku nasab keturunan. Beliau bersabda.

"Artinya : Adalah kafir seseorang yang mendakwakan (mengaku-ngaku) nasab keturunan yang tidak ia kenal, atau yang mengingkarinya, walaupun secara halus" [Hadits Hasan ini diriwayatkan oleh Ibnu Al-Qath Than dalam tambahannya terhadap kitab Al-Sunan Ibn Majah (2744) dengan sanad yang hasan dari hadits Abdullah bin Amr bin Al-Ash]

Diantara efek buruk adopsi adalah.

1.Anak yang diadopsi mungkin akan melihat apa yang tidak boleh dilihat pada isteri dan puteri-puteri orang yang mengadopsinya, karena statusnya adalah orang lain, sehingga mereka tidak boleh memperlakukan anak yang diadopsi tersebut sebagai mahram.

2. Anak-anak yang diadopsi ikut bersama dalam hak pusaka dan hak-hak lain yang bersifat syar'iyah. Jadi kesannya seolah-olah ia adalah salah seorang anak kandung orang yang mengadopsinya sehingga bisa ikut memakan hak anak-anak kandungannya sendiri.

3. Mengharamkan sesuatu yang tidak ada dalam aturan syari'at Islam, yakni pernikahan anak yang diadopsi dengan puteri-puteri orang yang mengadopsinya.

4. Kemungkinan terjadinya pernikahan anak yang diadopsi dengan saudara-saudara perempuannya dari ibunya yang asli, karena nasab anak yang diadopsi berbeda nasab dengan sauadara-saudara perempuannya tersebut yang sesungguhnya adalah nasab yang sebenarnya.

Dan masih banyak lagi efek-efek negatif lainnya.

[Disalin dari kitab 30 Bid'ah Wanita oleh Amru Abdul Mun'im, hal 122-125,Pustaka Al-Kautsar]



ADOPSI DAN HUKUMNYA

Oleh
Al-Lajnah Ad-Daimah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta

Pertama : Adopsi anak sudah dikenal sejak zaman jahiliyah sebelum ada risalah Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dahulu anak adopsi dinasabkan kepada ayah angkatnya, bisa menerima waris, dapat menyendiri dengan anak serta istrinya, dan istri anak adopsi haram bagi ayah angkatnya (pengadopsi). Secara umum anak adopsi layaknya anak kandung dalam segala urusan. Nabi pernah mengadopsi Zaid bin Haritsah bin Syarahil Al-Kalbi sebelum beliau menjadi Rasul, sehingga dipanggil dengan nama Zaid bin Muhammad. Tradisi ini berlanjut dari zaman jahiliyah hinga tahun ketiga atau ke empat Hijriyah.

Kedua : Kemudian Allah memerintahkan anak-anak adopsi untuk dinasabkan ke bapak mereka (yang sebenarnya) bila diketahui, tetapi jika tidak diketahui siapa bapak yang asli, maka mereka sebagai saudara seagama dan loyalitas mereka bagi pengadopsi juga orang lain. Allah mengharamkan anak adopsi dinasabkan kepada pengadopsi (ayah angkat) secara hakiki, bahkan anak-anak juga dilarang bernasab kepada selain bapak mereka yang asli, kecuali sudah terlanjur salah dalam pengucapan. Allah mengungkapkan hukum tersebut sebagai bentuk keadilan yang mengandung kejujuran dalam perkataan, serta menjaga
nasab dari keharmonisan, juga menjaga hak harta bagi orang yang berhak memilikinya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.

"Artinya : Dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai kandungmu (sendiri). Yang demikian itu hanyalah perkataanmu di mulutmu saja. Dan Allah mengatakan yang sebenarnya dan Dia menunjukkan jalan (yang benar). Panggillah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama-nama bapak mereka, itulah yang lebih baik dan adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka (panggillah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu. Dan tidak ada dosa atasmu
terhadaap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" [Al-Ahzab : 4-5]

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda

"Artinya : Barangsiapa yang disebut bukan kepada bapaknya atau berafiliasi bukan kepada walinya, maka baginya laknat Allah yang berkelanjutan" [Hadits Riwayat Abu Daud]

Ketiga : Dengan keputusan Allah yang membatalkan hukum adopsi anak (yaitu pengakuan anak yang tidak sebenarnya alias bukan anak kandung) dengan keputusan itu pula Allah membatalkan tradisi yang berlaku sejak zaman jahiliyah hingga awal Islam berupa.

[1]. Membatalkan tradisi pewarisan yang terjadi antara pengadopsi (ayah angkat) dan anak adopsi (anak angkat) yang tidak mempunyai hubungan sama sekali. Dengan kewajiban berbuat baik antara keduanya serta berbuat baik terhadap wasiat yang ditinggalkan setelah kematian (ayah angkat) pengadopsi selama tidak lebih dari sepertiga bagian dari hartanya. Hukum waris serta golongan yang berhak menerimanya telah dijelaskan secara terperinci dalam syari'at Islam. Dalam rincian tersebut tidak disebutkan adanya hak waris di antara keduanya. Dijelaskan pula secara global perintah berbuat baik dan sikap ma'ruf dalam bertindak.

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.

"Artinya : Dan orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak (waris mewarisi) di dalam Kitab Allah daripada orang-orang mukmin dan orang-orang Muhajirin, kecuali kalau kamu berbuat baik kepada saudara-saudaramu (seagama)" [Al-Ahzab : 6]

[b]. Allah membolehkan pengadopsi (ayah angkat) nikah dengan bekas istri anak angkat setelah berpisah darinya, walaupun diharamkan di zaman jahiliyah. Hal tersebut dicontohkan oleh Rasulullah sebagai penguat keabsahannya sekaligus sebagai pemangkas adat jahiliyah yang mengharamkan hal tersebut.

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala,

"Artinya : Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya). Kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (mengawini) istri-istri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya dari istrinya. Dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi" [Al-Ahzab : 37]

Nabi menikahi Zaenab binti Jahsy atas perintah Allah setelah suaminya Zaid bin Haritsah menceraikannya.

Keempat : Dari uraian diatas, maka menjadi jelas bahwa pembatalan terhadap hukum adopsi bukan berarti menghilangkan makna kemanusiaan serta hak manusia berupa persaudaraan, cinta kasih, hubungan sosial, hubungan kebajikan dan semua hal berkaitan dengan semua perkara yang luhur, atau mewasiatkan perbuatan baik.

[a]. Seseorang boleh memanggil kepada yang labih muda darinya dengan sebutan "wahai anakku" sebagai ungkapan kelembutan, kasih sayang, serta perasaan cinta kasih sayang kepadanya, agar ia merasa nyaman dengannya dan mendengarkan nasehatnya atau memenuhi kebutuhannya. Boleh juga memanggil orang yang usianya lebih tua dengan panggilan, "wahai ayahku" sebagai penghormatan terhadapnya, mengharap kebaikan serta nasehatnya, sehingga menjadi penolong baginya, agar budaya sopan santun merebak dalam masyarakat, simpul-simpul antar individu menjadi kuat hingga satu sama lain saling
merasakan persaudaraan seagama yang sejati.

[b]. Syari'at Islam telah menganjurkan untuk bertolong menolong dalam rangka kebajikan dan ketakwaan serta mengajak semua manusia berbuat baik dan menebarkan kasih sayang.

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.

"Artinya : Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaijkan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran" [Al-Maidah : 2]

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

"Artinya : Peumpamaan orang-orang mukmin dalam masalah kecintaan dan kasih sayang serta pertolongan di antara mereka bagaikan satu tubuh. Jika salah satu organ mengeluh kesakitan, niscaya seluruh tubuh ikut panas dan tak dapat tidur" [Hadits Riwayat Ahmad dan Muslim]


Dan sabda beliau.

"Artinya : Seorang mukmin terhadap orang mukmin lainnya bagaikan suatu bangunan sebagiannya menopang sebagian yang lain" [Hadits Riwayat Bukhari, Muslim, At-Tirmidzi, dan An-Nasa'i]

Termasuk dalam hal tersebut mengurusi anak yatim, fakir miskin, tuna karya dan anak-anak yang tidak mempunyai orang tua, yaitu dengan mangasuh dan berbuat baik kepadanya. Sehingga di masyarakat tidak terdapat orang yang terlantar dan tak terurus. Karena ditakutkan umat akan tertimpa akibat buruk dari buruknya pendidikan serta sikap kasarnya, ketika ia merasakan perlakuan kasar serta sikap acuh dari masyarakat.

Kewajiban pemerintah Islam adalah mendirikan panti bagi oran tidak mampu, anak yatim, anak pungut, anak tidak berkeluarga dan yang senasib dengan itu.
Bila keuangan Baithul Mal tidak mencukupi, maka bisa meminta bantuan kepada orang-orang mampu dari kalangan masyarakat, sabda nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.

"Artinya : Siapapun seorang mukmin mati meninggalkan harta pusaka, hendaknya diwariskan kepada ahli warisnya yang berhak, siapapun mereka. Tetapi jika meninggalkan utang atau kerugian hendaklah dia mendatangiku, karena aku walinya" [Hadits Riwayat Al-Bukhari]

Inilah yang disepakati bersama, semoga shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan Allah kepada Nabi Muhammad , keluarga serta sahabatnya.

[Disalin dari kitab Fatawa Ath-Thiflul Muslim, edisi Indonesia 150 Fatwa Seputar Anak Muslim, Penyusun Yahya bin Sa'id Alu Syalwan, Penerjemah Ashim,
Penerbit Griya Ilmu]

Cinta sebagai sebuah Seni

CINTA sebagai sebuah seni adalah gagasan dari erich fromm ahli ilmu jiwa dan falfasah dari jerman. ia mengemukakan bahwa dalam ber-cinta merupakan sebuah seni. karena dalam berseni seseorang harus mengerti dalam pengetahuan dan mencoba melakukannya.

Manusia harus menyadari bahwa cinta adalah seni, sama seperti hidup ini adalah suatu seni. jika kita mau belajar bagaimana mencintai, kita harus maju jika kita mempelajari seni lain, katakanlah seni musik, lukis, pertukangan atau seni pengobatan. proses mempelajari seni dapat dibagi menjadi dua yaitu menguasai teorinya dan menguasai praktiknya.

Setiap teori tentang cinta harus mulai dengan suatu teori tentang manusia, tentang eksistensi manusia. sementara kita menemukan cinta, atau lebih tepatnya, persamaan dengan cinta, dalam dunia hewan, keterikatannya terutama terutama adalah bagian dari peralatan naluri. hanya sisa dari peralatan naluri itu dapat dilihat bekerja pada manusia.

Manusia dianugerahi akal budi. ia adalah kehidupan yang sadar akan dirinya, ia memiliki kesadaran akan dirinya, akan sesamanya, akan masa lalunya, dan kemungkinan-kemungkinan masa depannya. keinginan akan perpaduan antara peribadi adalah perjuangan yang paling kuat dalam diri manusia. ini merupakan keinginan yang paling besar, merupakan kekuatan yang membuat bangsa manusia tetap tinggal bersama.

Cinta yang matang adalah kesatuan dengan syarat tetap memperhitungkan keutuhan orangnya, individualitasnya. cinta adalah kekuatan yang aktif dalam diri manusia; suatu kekuatan yang melanda tembok yang memisahkan seseorang dengan sesamanya, yang menyatukan dengan orang lain. cinta adalah suatu kegiatan, bukan suatu pengaruh pasif; cinta adalah "tegak didalam" bukan suatu jatuhnya "untuk". dengan cara yang paling umum, ciri cinta yang aktif itu dapat dilukiskan dengan mengatakan bahwa cinta itu terutama memberi bukan menerima.

Kemudian bagian yang kedua yaitu berlatih mencintai. yang pertama yang harus dilakukan dalam berlatih mencintai adalah disiplin. disiplin ini adalah menjadikan aktivitias mencintai secara rutin. kemudian yang kedua adalah konsentrasi.

DR. Damarjati Supajar pernah mengungkapkan bahwa cinta itu ber makna meditasi, atau lebih jelasnya adalah tujuan cinta adalah adanya pengenalan terhadap peribadinya sendiri, jiwanya sendiri. dalam kosentrasi dimaksudkan bahwa kita harus mencoba menghilangkan kegelisahan-kegelisahan atau kebimbangan dalam hati dan jiwa kita. mungkin bisa dikarenakan oleh kegundahan akan fenomena atau realisasi sosial yang sedang kita hadapi. kemudian yang ketiga adalah kesabaran. seseorang yang mengejar hasil cepat tidak pernah belajar kesenian demikian pula dengan cinta. bila seseorang terlalu mengejar ambisi tertentu maka dia akan terjebak dalam kebodohan akan keindahan hatinya. dan yang terakhir adalah perhatian yang tinggi untuk menguasai seni mencintai. bila seseorang merasa bahwa cinta itu amat penting maka ia kan selalu mempelajarinya.