Sales Promotion Girl (SPG) Komunitas Ekonomi ???

Pagi itu kampus masih runyam seperti biasanya, Mahasiswa-mahasiswa mengemper di-pinggir luar pintu kelas yang lebih mirip dengan gerombolan partai Kaypang yang menunggu Kongcoenya untuk rapat disalah satu selokan, daripada kaum Akademisi yang menunggu kehadiran dosen untuk memulai pelajaran.

Dan aku juga ada disana, dengan temanku Joe Satriani dengan Bento si Angin Ribut sedang menunggu kehadiran dosen Psikologi Pelatihan dan Aplikasi Komputer untuk meminta pelajaran. Rokok ditanganku sudah habis tiga batang, aku sudah menunggu 10 menit sebelum waktu kelas dimulai tapi sekarang dosen sudah ngaret lebih dari 15 menit dari ketentuan, untung saja dia dosen kalau dia Mahasiswa tentu saja sudah di-usir dan di-intimidasi dengan memalukan. “Mana nih dosennya?” kata salah seorang Mahasiswa yang tergeletak dengan posisi yang paling prokem tepat disebelah kiri aku, “apa jangan-jangan mata kuliahnya kosong? Udah ada yang ngecek ke pengajaran?” mendengar spekulasi itu seluruh mata Mahasiswa berbinar-binar, siapa tau pelajaran ini kosong jadi kita bisa lepas dari hukuman penjara selama 3 SKS. Itu sungguh merupakan sebuah Spekulasi menyenangkan hati, tanpa sadar hatiku juga berbunga-bunga jadinya membayangkan aku dapat melenggang pulang dengan bebas untuk menyelesaikan beberapa buku yang sedang asik aku baca.

Tiba-tiba saja selagi kondisi runyam membicarakan kemungkinan dosen tidak mengajar, datanglah 3 perempuan mengunakan baju putih ketat dengan rok setengah Paha, pantat dan payudaranya menyeplak kemana-mana, mereka menggunakan kaos kaki yang aneh yang cuma menutupi betis mata kaki juga telapak kakinya dibiarkan terbuka. Sekilas cara mereka berpakaian mirip orang edan, karena itu jangan tanyakan aku untuk apa kaos kaki seperti itu dibuat. Bahan kaos kakinya lebih mirip busa atau gabus dibandingkan dengan kain, sepatunya yang dipakai juga serasa kontras dan tidak serasi sekali kekontrasan tersebut menarik perhatian, sekalipun tidak menarik sama sekali. Kedatangan 3 perempuan itu langsung menarik seluruh perhatian Mahasiswa, mereka melihatnya seperti menatap gajah sirkus atau akrobat yang menarik. Perempuan-perempuan itu ditatap dengan mata seorang anak kecil yang menginginkan mainan, tatapan yang lebih pantas ditujukan kepada objek dan benda dibandingkan dengan manusia.

“bah, angkatan berapa tuh cewek kok aku baru liat ya?” kata Bento yang asli dari batak itu kepadaku, pertanyaannya langsung aja kita sambutin dengan ketawa geli karena mana ada Mahasiswi yang masuk ke Kampus dengan mengenakan pakaian seperti itu dan menenteng satu pak rokok La Light bukannya menenteng Tas. “lo itu To, masa ga tau kalau itu SPG, Mahasiswi edan mana yang nenteng rokok ke sekolah, se pak pula” Joe ketawa-ketiwi kesenangan mendengar tembakanku “ahahaha bento… bento…”

“gila Yon jaman sekarang ya, bajunya gila-gila banget”
“biasalah tuntutan ekonomi, selama organ seks mereka bisa menarik perhatian massa selama itu juga organ seks juga bisa dijadikan buat promosi produk. Ini yang dinamakan sebagai “organ seksual dijadikan sebagai metakomoditi, dijadikan komoditi untuk menjual komoditi lain””
“menurut kau itu benar atau salah?” kata Bento sembari menatap bokong perempuan itu tanpa henti-hentinya
“menurut gw, itu pelecehan terbesar yang udah dilakukan jaringan ekonomi global terhadap perempuan, sebagai gantinya emansipasi perempuan di-arahkan untuk melecehkan dan menjual organ seksnya sendiri. Perempuan hanya dilihat sebagai objek”
“Lae, matamu itu ngeliatin tu cewek kaya anak kecil ngeliat es krim” kata Joe sembari tertawa terpingkal-pingkal, walaupun mereka beda Marga tapi entah kenapa mereka kompak saling menyebut Lae satu sama lain.
“bah, ga gitulah Lae.. iya emang jaman ini sekarang udah kacau udah Negara rusak penduduknya mesum, cewek-ceweknya macam gini pula, kok mereka bisa ya kaya gitu?”
“mereka nganggap itu ga masalah, banyak orang ngelakuin itu. Gw jadi ingat Hadist Nabi, “nanti di akhir jaman banyak bermunculan perempuan-perempuan yang memakai baju walaupun sebetulnya mereka telanjang”, kebebasan eksplorasi organ seksual dikaitkan dengan wacana pembebasan kaum perempuan dan anti-pelecehan, walaupun dibalik itu semua yang timbul adalah pelecehan kaum perempuan dan legalisir organ seksual menjadi komoditas ekonomi. Organ seks ditampilkan dan dijadikan produk untuk dipertontonkan, untuk dikonsumsi dengan alat tertentu, beberapa dari organ seks itu di-produksi dan diperbanyak tiruannya seperti Dildo, vagina perempuan dalam bentuk boneka, boneka perempuan dalam bentuk yang lengkap yang digunakan buat pemuasan hasrat seksual. Akhirnya makna seksual hanya sebatas pada rekreasi dan kehilangan sakralitasnya, manusia atau subjek kehilangan sisi kehidupannya dan dijadikan hanya sebatas objek”

dikutip dr : Dion Priatma


Yah lihat maksud dibalik itu, apa tega kalau perempuan dipakaikan pakaian yang begitu minimalis sama si agent promosi, supaya organ-organ tertentu dari mereka terlihat menonjol untuk menarik minat pembeli? mereka itu digunakan sebagai metakomoditi, yaitu komoditas (produk) untuk menjual komoditas (produk) lain, dengan kata lain mereka itu dihargakan hanya sebatas komoditas, alat ekonomi, tubuh mereka tidak lagi dimanusiakan tapi di-objekkan. Dan apa yang akan kita hadapi kedepannya?

menyibak masalah ini setelah tau pemikirannya orang bernama Lyotard, yang dengan lengkap di paparkan dibukunya berjudul Libidonomic (Ekonomi Libido). Dia mengatakan kalau dikedepannya organ seksual yang mampu menimbulkan, memancing, memuaskan dan banyak me lainnya, baik untuk perempuan atau laki2 (tapi dalam praktik perempuan lebih difokuskan untuk dikonsumsi), dapat di-jadikan komoditas ekonomi.

Salah satu sasarannya yaitu memancing, dengan kata lain memancing hasrat libidinal laki-laki, untuk membeli ataupun untuk mengkonsumsi objek yang dimasukin unsur seksualitas didalamnya. Karena hasrat seksual itu suatu hal yang kodrati, jadi keinginan untuk mengkonsumsi ataupun tertarik terhadap itu bukan lagi sesuatu yang abnormal, tapi dikondisikan Yef, dengan kata lain lw tidak bisa menolak untuk berhasrat kalau berhadapan dengannya. Seperti di Belanda, dari dulu ada trend untuk meminum Vodka Shot, Vodka shot diminum dengan menjilat garam vodka yang ada dipayudara pelayan wanita, jadi wanita dan dadanya sebagai pelaris barang yang dadanya itu dihasrati laki-laki, sedangkan vodka sebagai barang atau komoditas yang ingin dijual.

(dada perempuan-Meta Komoditi : Vodka - Komoditi)

Ataupun di Jakarta, sekarang lagi trend memakan makanan diatas tubuh wanita telanjang, organ seksual wanita kali ini dijadikan meja hasrat libido lakilaki, yang ketika makan, sumpit dan sendok yang digunakan juga dijadikan sebagai alat buat eksplorasi seksual, organ seksual perempuan tidak lagi diperlakukan sebagai subjek, tapi di pisahkan dari kemanusiaan dan dijadikan objek ekonomi.

Nah, yang menjadi permasalahan sekarang adalah, fenomena ini bisa terjadi ketika tubuh dilepaskan dan dimerdekakan dari makna-makna ke-susilan, jadi istilah pencabulan jadi tidak ada lagi, ketika tubuh lepas dari nilai maka tubuh tidak lain cuma sekdar objek hasrat belaka, seperti ayam goreng, ayam bakar ataupun teh botol. Lalu apa yang harus kita lakukan? mengembalikan sesuatu pada tempatnya, kembalikan tubuh perempuan itu ke perempuan, pandang tubuh itu sebagai sebuah kesatuan yang didalamnya ada nilai-nilai pribadi, penghormatan, penghargaan, kesucian dan perlindungan (berlawanan dengan Focault pastinya), dengan kata lain penggalangan kembali nilai-nilai luhur ketimuran yang sudah dihancurkan, menumbuhkan kembali budaya malu. kalau tidak ada itu semua yah perempuan tidak pernah memanusiakan dirinya dan tidak pernah dimanusiakan.

Pernah ga sih kita bertanya, kenapa alat kelamin di Indonesia itu di sinonimkan dengan kata “kemaluan”? kan ada latar belakang budayanya juga pasti, dan itu sudah menjadi natur yang harus dipelihara.

Yang paling gw takutkan itu adalah, kalau kita mulai taklid buta terhadap pandangan dingin dan sinis barat terhadap nilai-nilai (berbeda pastinya dengan bagaimana pandangan barat jaman Victoria tentang Tabu seksual), dan kita mengikutinya dengan serampangan, padahal hal itu adalah fokus kepribadian pemikiran timur sejak lama dan sudah sejak lama kita bisa tertib makmur dengannya.

0 komentar: