Kebutuhan Jiwa

Oleh: Ir. Goenardjoadi Goenawan, MM.

Pendahuluan

Orang bilang Ilham, aku bilang Jiwa
Orang bilang Inspirasi aku bilang Imajinasi
Orang bilang belajar dari pengalaman aku bilang temukan kebenaran sejati

Semua telah dicoba namun seolah-olah sia-sia
Semua telah berusaha namun seolah-olah sungguh sulit melawan dunia
Semua tidak mau mengerti kita
Bahwa prinsipnya, dunia sungguh sulit untuk dikalahkan

Hidup bukan antara aku dan dunia
Namun antara kita sebagai anggota dari kehidupan
Sehingga kita bisa menjadi bagian dari hidup
Dan mengerti kemana hidup ini akan mengarah?

Namun aku tak tahu...
Bagaimana lagi yang harus aku lakukan...
Hingga aku lelah
Hingga aku menyerah
Hingga aku sadar
Bahwa semua itu bukan tentang aku
Namun tentang dunia
Namun tentang orang-orang lain

Kemana harus aku cari Jati diri?
Jiwaku yang murni
Yang mengerti kemana aku harus memilih?
Apa yang harus aku perbuat?
Kemana Hati Nurani aku cari?
Semua itu bukan tentang aku
Semua itu bukan tentang agamaku

Namun tentang sejauh mana hubungan Jiwaku dengan Sang Pencipta
Namun tentang sejauh mana hidupku berarti bagi dunia
Namun tentang sejauh mana aku mengerti arti hidup yang sesungguhnya
Bahwa hidup tak perlu berusaha
Bahwa hidup tak perlu memaksa
Bahwa hidup tak perlu mengandalkan Kekuatan dan Kekuasaan
Namun hidup sesungguhnya menjadi suatu semangat menggebu-gebu untuk berbuat bagi orang lain

Apakah kebutuhan jiwa itu? Mengapa kita perlu mengerti kebutuhan jiwa ? Untuk apa? Dan apa peranannya dalam mengembangkan diri kita seutuhnya ehingga bisa tahu kemana jalan hidup menuju, sehingga tidak tersesat ? Tubuh kita memerlukan fisik dan nutrisi untuk tumbuh, demikian juga jiwa. Jiwa membutuhkan nutrisi yang berbeda. Bila percaya bahwa kehidupan adalah perjalanan jiwa, maka semua pengalaman hidup sehari-hari adalah human experience yang berpengaruh terhadap pertumbuhan jiwa sehingga menjadi lebih besar. Kita semua diberi suatu talenta atau berkah dari Sang Pencipta. Yang menjadi tantangan adalah menemukan talenta tersebut dan memberikannya kepada orang lain agar jiwa kita semakin tumbuh berkembang. Tapi meski kita memberikan "nutrisi kepada jiwa kita" dengan memberikan hal yang kita miliki kepada orang lain, kita tidak akan dapat memberikan cinta kasih jika kita tidak menerima cinta kasih; terutama dengan perasaan dan empati, dalam memberikan sesuatu kepada orang lain dan sebaliknya. Setiap manusia harus belajar keras untuk menyeimbangkan diri, dalam berhubungan dengan sekeliling, dan juga pemenuhan diri sendiri (Ego). Jangan sampai, memberi makan jiwa dengan cara memberi kepada orang lain, justru membebani ego. Memulai dengan mencintai keluarga sendiri dengan tulus, dapat membantu pertumbuhan jiwa. Orang tua misalnya dapat memberikan cinta yang tulus kepada anaknya. Lalu setelah semua anak-anaknya besar, dapat memberikan perhatiannya kepada masyarakat sekitar dan tentunya kepada dunia. Selain kasih yang tulus dalam memberi nutrisi jiwa, beberapa hal penting untuk kebutuhan jiwa adalah: • Sifat Pemaaf • Keberanian • Kesabaran • Iman • Empati • Murah Hati • Kebijaksanaan

0 komentar: