Kesadaran Terhadap Sebuah Keputusan

Anugerah Tuhan yang paling eksklusif untuk umat manusia adalah kemampuan mengidentifikasi pilihan, menimbang baik buruknya dan kemudian mengambil keputusan berdasarkan akal dan budi yang membedakan kita dengan tetumbuhan dan hewan. Semua insan di muka bumi, suatu saat pasti menghadapi pilihan-pilihan dalam kehidupan.
Kesadaran manusia dapat memiliki kompleksitas pikiran yang tinggi dan terbuka terhadap beragam hal yang berbeda, jika terbiasa berhadapan dengan hal yang berbeda. Pertemuan dengan beragam hal memberikan kesempatan pada kehendak bebas untuk mengaktifkan kemampuan memilihnya dalam mengambil keputusan.
Semakin beragam hal yang dihadapi manusia, semakin aktif kehendak bebas. Optimal atau tidaknya kehendak bebas manusia bergantung pada banyak sedikitnya realitas yang dihadapinya. Optimalnya kehendak bebas mendorong rasionalitas untuk memahami banyak hal. Beragam pilihan yang diambil oleh kehendak bebas merangsang aktivitas rasionalitas. Semakin kompleks realitas yang dihadapi dan dipilih oleh kehendak bebas untuk dipahami lebih jauh, semakin atraktif rasionalitas dan semakin kaya perbendaharaan pengetahuannya. Aktivitas kesadaran aktif dengan fungsi meta-kognisinya pun akan semakin tinggi dan semakin terampil mengolah informasi sehingga dapat digunakan untuk mengambil keputusan.

Eksistensi keputusan sebenarnya memberi gambaran manusia yang dihadapkan pada dua hal: “Mengambil keputusan” atau “Membuat keputusan”. Jika manusia hanya mengambil dan mengambil keputusan, maka ia akan terlarut dalam arus keseharian, mengonsumsi trend demi trend, menerima opsi demi opsi, tanpa ia sendiri tahu.
Segalanya bersifat given atau taken-for-granted. Hanya tinggal diambil. Ini mirip dengan apa yang dijelaskan Martin Heidegger sebagai das man. Sebaliknya, ketika manusia membuat keputusan maka di situlah kebebasan manusia dan kemudian mengambil keputusan.
Salah dalam mengambil keputusan sering kali menjadi momok yang mengerikan bagi setiap orang karena bisa mengakibatkan seseorang atau pekerjaannya berhenti dan tidak maju. Hal ini seringkali menjadi ketakutan pada kita.
Salah satu solusi menyebutkan, daripada mengambil sedikit keputusan besar, lebih baik mengambil banyak keputusan-keputusan kecil, yaitu keputusan yang cukup kecil yang memiliki efektifitas kecil dan sementara.
Bukankah lebih baik untuk mendapatkan efektifitas yang besar dan bertahan lama? Menurut saya, mengambil keputusan kecil memang efektifitasnya kecil dan sementara, namun disisi yang lain juga hanya memerlukan usaha dan biaya yang tidak besar. Keputusan yang besar memerlukan usaha dan biaya yang besar juga. Jika nantinya Anda dapati bahwa keputusan besar yang Anda ambil terbukti salah, kemungkinan Anda merubahnya kecil, mengingat besarnya usaha dan biaya yang telah diinvestasikan kedalamnya.
Jadi cobalah untuk membagi-bagi keputusan yang besar menjadi banyak keputusan-keputusan kecil. Jika Anda salah mengambil keputusan besar, Anda akan hidup bersama kesalahan itu dalam waktu yang lama, namun jika Anda salah mengambil keputusan kecil, yah besok sudah bisa Anda perbaiki kesalahan tersebut.
Mungkin banyak orang menyesali sebuah keputusan ketika hasil yang diraih tak sesuai dengan harapan. Mereka kerap berkata “if only I took at the other options”. Tetapi apakah alternatif lain bakal lebih membahagiakan atau justru lebih menjerumuskan? Umat manusia tidak mempunyai kemampuan fisik untuk mencoba menjalani keduanya, dan kendati kemampuan tersebut diberikan Tuhan, manusia tetap tak akan puas dan kembali ingin tahu tentang opsi lainnya.
Richard Bach menulis sebuah novel indah berjudul “One” yang merenung tentang kemungkinan ini. Bagaimana kalau kita mendapat "power" untuk menjalani alternatif jalan hidup yang pada waktu pengambilan keputusan tidak kita pilih, dalam soal jodoh, karir dan pilihan hidup lainnya. Hidup seperti apakah yang akan kita temui? Untuk pribadi, saya terus mensyukuri dan menyadari semua keputusan yang telah diambil. Semua adalah anugrah Tuhan yang penikmatannya sangat tergantung pada cara kita memelihara dan menjalankannya. Sudah tentu tak ada yang sempurna di dunia, semua terpulang pada upaya kita untuk menyuling yang terbaik dari kondisi yang ada di depan mata. As good as it gets!!!

by armand_rendra

0 komentar: