Rumah dalam Pandangan Orang Jawa


Rumah dalam kebudayaan Jawa dipandang sebagai sesuatu hal yang sangat vital. Karena itu, segala sesuatu yang berkenaan dengan perwujudan rumah senantiasa dirancang dan diperlakukan dengan menggunakan aturan atau pedoman tertentu yang mencerminkan tentang pandangan tersebut.

Bahkan di kalangan masyarakat Jawa terdapat ungkapan lain yang mencerminkan kelengkapan kesempurnaan hidup bagi lelaki Jawa, yaitu bahwa seorang lelaki baru dianggap sempurna kalau sudah memiliki lima syarat, yakni:
1. Wanodya (wanita atau istri),
2. Turongga (kuda) lambang kedudukan,
3. Curiga (keris) lambang keamanan lahir dan batin,
4. Kukila (burung) lambang kesenangan atau hiburan, dan
5. Wisma (rumah) yang dipandang sebagai keberhasilan seseorang. Kelima hal ini, sekaligus menjadi lambang kebanggaan, kehormatan, dan keberhasilan bagi keluarga Jawa.

Menurut tata cara tradisional Jawa, ada anggapan bahwa antara rumah, tanah, dan manusia penghuninya merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Orang merasa bersatu dengan rumah dan tanah tempat berdirinya, serta sekaligus merasa bersatu dengan desa tempat menetapnya.

Perasaan kesatuan yang demikian ini menyebabkan rasa aman dan tenteram bagi penghuni. Atas dasar ini, maka orang Jawa menganggap seolah-olah merupakan perwujudan badan jasmaninya, sementara manusia penghuninya merupakan wujud jiwanya, sehingga rumah adalah bagian penting bagi kehidupan seseorang.

Oleh karena itu untuk mendirikan bangunan rumah orang harus memperhatikan benar persyaratannya agar tidak mendatangkan balak atau bahaya bagi para penghuninya kelak

Memiliki rumah merupakan salah satu kebanggaan dan idaman bagi seseorang yang telah berkeluarga. Hal ini antara lain tercermin dalam ungkapan-ungkapan tradisional mereka sebagai berikut:

1. Sak enak-enake urip kumpul ana omahe maratuwa, isih tetep enak urip misah ana omahe dewe (seenak-enaknya hidup berkumpul di rumah mertua, masih tetap enak hidup berpisah di rumah sendiri)

2. Ala-ala lah anggere omahe dewe (jelek-jeiek biar asal rumah sendiri)

3. Pandongaku marang anak putuku supaya mbesok yen wis pada mentas bisa duwem omah dewe (doaku kepada anak cucu agar besok setelah berkeluarga dapat memiliki rumah sendiri)

0 komentar: